Selasa, 03 Januari 2017

Fortresser : No Ones Left Behind

Bila aku langit dan kau laut
apakah yang menjadi batasnya?

bila aku laut dan kau langit
bagaimana cara membedakannya?

bila langit dan laut adalah kita
siapa akan lebih dulu tiba?

kita langit dan laut yang dipertemukan,
bukan untuk saling mendahului
tapi untuk saling menguatkan
oleh laut dan langit kita dipersatukan
hanya untuk memahami perjuangan
  
aku menyelam dalam lautmu
untuk menjadi langit bagi kesedihanmu

dan hatimu yang halus menjadi langit luas
bagi perjalananku

di lautmu duka selalu serupa burung,
mencari langit yang lain
atau yang mungkin

“aku percaya: langit paling luas
ialah hati tanpa kebencian

 maka, jadilah engkau laut
yang membebaskanku dari kesulitan.”



Detik detik perlahan berganti, satu, satu, satu, aku dan kamu lewati. Empat biliun detik yang lalu, di bulan itu, aku, kamu, dia; Kita bagai pelangi dengan segala warna. Bertengger dalam jiwa yang sesak dengan mimpi, cita, dan ego. Kita, 37 elang dari penjuru negeri, dipertemukan dalam sebuah ruangan di lantai 10 itu, masih ingatkah kau, kawan? kita bahkan tak saling mengenal.
Ingat apa yang kita lalui sejauh ini?
Jam mandiri pertama yang kita lalui dengan penuh kepolosan. Di siang itu, ada buku yang tak pernah kita lepaskan. Kawan, wajahmu sungguh serius menatap pergeseran kurva demand dan supply. Minggu pertama menjelang ujian matematika, kita semua bertingkah dingin; sibuk mencari jawaban dari soal yang bahkan belum kita dapatkan materinya. Hari hari menjelang ujian bisnis yang pertama, semua mata sibuk menatap ke buku bertuliskan Wall street itu. Oh! Dan jangan lupakan pertama kalinya kita bertemu dengan 2 kata sacral yang kini rasanya bagaikan darah di tubuh kita; Debit dan Credit.
Beribu tanya tentang logika, atau bahkan ada jiwa yang masih bertengkar tentang IPA-IPS. Ada yang citanya terelakan, ada yang hatinya masih tersangkut di kehangatan ayah-bunda. Ingatkah kau? di pojok kanan baris kedua ada gadis Pontianak yang bahkan pelit dalam bertutur, yang dalam waktu 4 bulan menjadi gadis riang yang bahkan sulit berhenti bercanda. Ah, sungguh banyak memori tak terduga yang terjadi. Kelas pendiam, julukan yang kita terima di hari pertama kita, haha.. rasanya Bu I**** perlu merevisinya.  Semua memori itu kini berputar dalam otakku bagai film tanpa suara
Kini sang waktu telah menjadi penawar, bagi hati hati yang dulu terluka, bagi jiwa yang dulu bersembunyi, bagi ego yang dulu membelenggu. Tak ada lagi aku dan kamu, karena kau adalah bagian dari kebahagiaan dan dukaku, pun begitu dengan mu.
Perjalanan ini layaknya sebuah rollercoaster, kawan. Dimulai dengan awal yang tenang, lalu menanjak, hingga mencapai klimaks, kemudian kita terhempas dan kembali bagai siklus. Perjalanan kita tak akan mulus, akan selalu ada kendala yang menghampiri, tapi kita semua tau, itulah bumbu dari memori ini. Dan jangan khawatir kawan, ada lagrange yang akan membantu kita menemukan tujuan optimal. Ingatlah, kau tak sendirian, ada Tuhan dan 36 teman yang siap mendampingimu mengarungi luasnya samudra ini.
4 bulan bukan waktu yang lama pun singkat. Ada 26 lembah dan bukit yang masih harus kita eksplorasi dan jelajahi. Hey! Aku punya kau, pun dengan mu, lalu apa alasanmu untuk takut? Bersiaplah kawan, genggam erat sayapku, itu, disana, pandanglah tujuan kita! kita akan terbang bersama, ingatlah janji kita; no ones left behind, siap? Mari kita jelajahi samudra benama PPA ini!
Gold, silver, diamond, and even money aren’t the most valuable things. Somehow they will gone. Only the true friend will last.

                                                            Bandar Lampung, 2 Januari 2017, 10:26 PM (WIB)

                                                       (Zakia Prajani)

4 komentar: